Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Melemahnya Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar AS: Analisis dan Implikasinya

Melemahnya Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar AS: Analisis dan Implikasinya
Foto: (dbs.id)

Jakarta, FNTV. Tren penurunan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menjadi perhatian utama dalam situasi ekonomi global saat ini. Pasar valuta asing sedang menghadapi perubahan dinamis, dan hal ini tercermin dalam melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada hari ini.

Hari sebelumnya, tepatnya pada tanggal 12 Oktober 2023, nilai tukar rupiah stagnan di level Rp15.699 per dolar AS. Namun, saat ini, ada potensi kuat bahwa nilai tukar rupiah akan melemah. Hal ini terkait dengan penguatan dolar AS setelah rilis data inflasi Amerika Serikat yang melebihi ekspektasi.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, memprediksi fluktuasi nilai tukar rupiah hari ini, dengan potensi penurunan hingga kisaran Rp15.670 hingga Rp15.750 per dolar AS.

Salah satu faktor yang memengaruhi melemahnya rupiah adalah hasil risalah pertemuan terakhir The Fed, yang dirilis pada tanggal 11 Oktober 2023. Risalah ini menunjukkan bahwa sebagian besar pengambil kebijakan Bank Sentral sepakat untuk meningkatkan suku bunga sekali lagi. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya tren inflasi yang jauh melampaui target yang ditetapkan.

Ibrahim juga mencatat bahwa beberapa pekan setelah pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pada September 2023, terjadi kenaikan yang tajam dalam imbal hasil obligasi pemerintah AS. Hal ini diakui oleh beberapa pejabat The Fed sebagai faktor yang memungkinkan mereka mengakhiri siklus kenaikan suku bunga, yang pada gilirannya memengaruhi mata uang dolar AS.

Di sisi lain, di dalam negeri, pemerintah bersama Bank Indonesia (BI) telah berhasil menjaga inflasi tetap dalam batas yang terkendali. Hal ini diimbangi dengan kebijakan suku bunga acuan yang telah dipertahankan pada level 5,75 persen sejak Januari 2023.

Selain itu, pemerintah optimistis dalam upaya menarik investasi hingga mencapai target sebesar Rp1.400 triliun sepanjang tahun 2023. Berdasarkan catatan Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), realisasi investasi hingga paruh pertama tahun ini mencapai Rp678,7 triliun atau setara dengan 48,5 persen dari target.

Sementara itu, dolar AS menguat dengan signifikan pada hari Kamis, 12 Oktober 2023, setelah laporan harga konsumen Amerika Serikat naik lebih dari perkiraan untuk bulan September 2023. Dolar AS terdorong oleh kenaikan biaya sewa yang meningkatkan prospek bahwa Federal Reserve akan mempertahankan suku bunga tinggi dalam waktu yang lama.

Meskipun laporan Departemen Tenaga Kerja menunjukkan kenaikan harga konsumen tahunan pada bulan lalu adalah yang terendah dalam dua tahun, terjadi lonjakan mengejutkan dalam biaya sewa di seluruh pasar. Hal ini mengundang pertanyaan apakah upaya The Fed untuk menurunkan inflasi ke target 2 persen sudah cukup.

Sebagai respons, banyak analis mengindikasikan bahwa suku bunga kemungkinan akan tetap tinggi dalam jangka waktu yang lebih panjang sampai The Fed berhasil mengendalikan inflasi. Hal ini memiliki dampak signifikan terhadap nilai tukar mata uang, termasuk dolar AS.

Dalam catatan terakhir, indeks harga konsumen AS meningkat sebesar 0,4% pada bulan lalu, dengan biaya tempat tinggal yang meningkat 0,6%, menjadi penyebab lebih dari separuh kenaikan tersebut. Indeks dolar yang mengukur mata uang AS terhadap enam mata uang lainnya melonjak sebesar 0,85% menjadi 106,550, yang merupakan kenaikan harian terbesar sejak 15 Maret. Dolar AS juga menguat lebih dari 1% terhadap sterling, dolar Australia, dan dolar Selandia Baru.

Dengan semua faktor ini bermain dalam pergerakan nilai tukar rupiah, pasar valuta asing di Indonesia dan para pelaku bisnis harus memperhatikan dengan cermat dinamika ekonomi global dan kebijakan moneter yang ada, serta berpotensi memengaruhi perekonomian nasional dalam waktu dekat. (hsn/rma)

Reporter: Muhammad Busran Ramadhan
Editor: Rahman