Perang Gaza: Konflik Hamas Vs Israel, Ribuan Tewas
Jakarta, FNTV. Dalam salah satu konflik terbesar dalam sejarah Israel, Gaza saat ini menjadi pusat perhatian dunia karena perang yang menggila antara militer Israel dan militan Hamas. Dengan ribuan nyawa hilang, pasokan air, makanan, dan listrik terputus, serta ancaman pembunuhan sandera sipil, peristiwa ini semakin memburuk.
Israel mengumumkan "pengepungan total" Gaza sebagai respons terhadap serangan militan Hamas dan memutuskan pasokan vital ke wilayah tersebut. Serangan Hamas yang mengejutkan telah menewaskan lebih dari 700 orang, menjadikan Sabtu (7/10/2023) sebagai hari terberat dalam sejarah Israel, dan angka korban terus meningkat. Pada Senin (9/10/2023), media Israel melaporkan bahwa jumlah korban tewas mencapai 900 orang.
Israel tidak hanya melancarkan serangan dari udara dan laut, tetapi juga telah memobilisasi 300.000 tentara cadangan, mengisyaratkan kemungkinan serangan darat ke Gaza. Namun, perang di wilayah perkotaan ini memiliki tantangan tersendiri, dengan puluhan sandera yang mungkin disembunyikan di terowongan dan ruang bawah tanah di seluruh Jalur Gaza.
Di sisi lain, di utara Gaza, Israel melaporkan pertempuran dengan orang-orang bersenjata yang menyeberang dari Lebanon, menggambarkan potensi munculnya front kedua dalam konflik ini.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengajak oposisi politik untuk bergabung dalam pemerintahan persatuan nasional dan menyatakan bahwa serangan baru saja dimulai. Dalam pidatonya pada Senin malam, Netanyahu berjanji untuk "membasmi teroris" yang ada di Israel dan menekankan bahwa tindakan ini akan berdampak pada generasi mendatang.
Ancaman dari Hamas semakin meningkat. Abu Ubaida, juru bicara sayap bersenjata Hamas, mengancam akan membunuh tawanan sipil Israel sebagai imbalan atas serangan Israel terhadap rumah-rumah warga sipil tanpa peringatan. Ini menciptakan ketegangan tambahan dalam konflik ini.
Kementerian Luar Negeri Qatar dan pemerintah Mesir telah mencoba mediasi untuk pertukaran tahanan, meskipun belum ada konfirmasi dari kedua belah pihak. Para tawanan yang disandera termasuk warga sipil, perempuan, anak-anak, orang dewasa, dan tentara, termasuk warga negara Amerika Serikat.
Selain serangan Hamas, militan Palestina terus meluncurkan ratusan roket ke wilayah Israel. Tentara Israel mengklaim menguasai sebagian besar wilayah selatan Gaza, meskipun militan masih bersembunyi di wilayah tersebut.
Konflik ini semakin kompleks dengan melibatkan potensi konfrontasi dengan Lebanon, yang bisa mengarah pada perang dua front bagi Israel.
Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, telah menginstruksikan militer untuk mengepung Gaza, dengan memutuskan pasokan air, makanan, listrik, dan bahan bakar. Situasi ini telah memperburuk krisis kemanusiaan yang telah ada sebelumnya.
Sekretaris Jenderal PBB, António Guterres, mengutuk serangan Hamas sebagai tindakan teror dan mengecam rencana Israel untuk melakukan pengepungan total, memperingatkan bahwa situasi kemanusiaan di Gaza akan memburuk secara signifikan. Dia juga menekankan bahwa operasi militer harus sesuai dengan hukum kemanusiaan internasional.
Konflik ini telah mengguncang Israel hingga ke akar-akarnya, dengan aksi teror yang belum pernah terjadi sebelumnya dan banyak warga sipil yang disandera. Masyarakat internasional mendesak untuk mengakhiri kekerasan ini dan mencari solusi politik yang akan mengakhiri konflik yang telah berlangsung selama puluhan tahun.
(fraa/geo)
TAG: israel, hamas, perang hamas vs israel, gaza, palestina, amerika serikat, lebanon, hisbullah