Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Strategi Komunikasi Politik Prabowo-Gibran di Media Sosial Menjelang Pilpres 2024

Muhammad Zein Abdullah
Dosen Imu Komunikasi pada Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Halu Oleo
email: 
muhammad.zein@uho.ac.id


 







ABSTRAK

Strategi komunikasi politik Prabowo Subianto di media sosial menjelang Pemilihan Presiden 2024 di Indonesia. Fokusnya adalah pada upaya peningkatan citra Prabowo melalui berbagai platform seperti Facebook, Instagram, YouTube, X, dan TikTok, dengan memanfaatkan hashtag populer seperti #KamiAkanSelaluDisini, #AllinPrabowo, #PrabowoBentengNKRI, #InstallPrabowo, dan #PrabowoGibranSatuPutaran. Selain itu, artikel ini mencermati peran media sosial dalam komunikasi politik, potensi penyebaran informasi yang salah, dan serangan terhadap tokoh politik. Langkah-langkah yang diambil oleh Prabowo untuk memperbaiki citranya melalui berbagai kegiatan media juga turut dibahas. Sejarah track record Prabowo dalam pemilihan presiden serta tantangan pandangan masyarakat terhadapnya menjadi fokus penting dalam artikel ini.

Kata Kunci: Prabowo Subianto; Media Sosial; Pemilihan Presiden

PENDAHULUAN

Komunikasi merupakan aktivitas yang tidak terpisahkan dari keseharian manusia di berbagai bidang, termasuk dalam aktivitas politik, komunikasi memainkan peran yang dominan. Komunikasi adalah hubungan antar manusia dalam rangka mencapai saling pengertian (mutual understanding). Komunikasi sebagai proses politik, merupakan gejala-gejala yang menyangkut pembentukan kesepakatan, misalnya kesepakatan menyangkut begaimana pembagian sumber daya kekuasaan atau bagaimana kesepakatan tersebut dibuat (menyatakan suatu proses).

Komunikasi politik berperan penting dalam menghubungkan pikiran politik di berbagai lapisan masyarakat. Menurut Almond bahwa komunikasi politik merupakan salah satu fungsi yang selalu ada dalam setiap sistem politik Komunikasi bukanlah fungsi yang berdiri sendiri, akan tetapi merupakan proses penyampaian pesan-pesan yang terjadi pada saat keenam fungsi lainnya dijalankan. Keenam fungsi tersebut adalah sosialisasi dan rekrutmen politik, perumusan kepentingan, penggabungan kepentingan, pembuatan aturan, penerapan aturan dan keputusan aturan. Hal ini berarti bahwa fungsi komunikasi politik terdapat secara inheren di dalam setiap fungsi sistem politik (Almond, 1966:45).

Komunikasi politik sebagai kegiatan politik merupakan penyampaian pesan-pesan yang bercirikan politik oleh aktor-aktor politik kepada pihak lain. Kegiatan ini adalah salah satu dari kegiatan sosial yang dijalankan sehari-hari oleh warga masyarakat termasuk elit politik. Inti komunikasi politik adalah kominikasi yang diarahkan kepada pencapaian suatu pengaruh sedemikian rupa, sehingga masalah yang dibahas oleh jenis kegiatan komunikasi tersebut dapat mengikat semua kelompok atau warganya. Komunikasi politik dengan demikian adalah upaya sekelompok manusia yang mempunyai orientasi, pemikiran politik atau ideologi tertentu dalam rangka menguasai atau memperoleh kekuasaan (Ra’uf, 1993:32).

Komunikasi politik merupakan komunikasi yang bercirikan politik yang terjadi di dalam sebuah sistim politik. Komunikasi politik dapat berbentuk penyampaian pesan-pesan yang berdampak politik dari penguasa politik kepada rakyat ataupun penyampaian dukungan atau tuntutan oleh rakyat bagi penguasa politik.

Komunikasi politik dikemukakan oleh Denton dan Woodward (dalam Pawito, 2009:5), keduanya mengatakan bahwa komunikasi politik adalah diskusi publik mengenai penjatahan sumber daya publik-yakni mengenai pembagian pendapatan atau penghasilan yang diterima oleh publik, kewenangan resmi-yakni siapa yang diberi kekuasaan untuk membuat keputusan-keputusan hukum, membuat peraturan-peraturan, dan melaksanakan peraturan-peraturan; dan sanksi-sanksi resmi-yakni apa yang negara berikan sebagai ganjaran atau mungkin hukuman.

Pengertian ini lebih mengedepankan interaksi antara negara (the state) dengan  rakyat  atau  publik. Interaksi ini dalam berbagai realitas politik dapat dicermati melalui pertanyaan-pertanyaan realistis, misalnya, apa yang diperoleh rakyat, bagaimana keputusan-keputusan penyelenggara negara dibuat – adil atau tidak, dan sejauh mana rakyat mau mernerima penjatahan yang ada (Pawito, 2009:5).

Menurut Fagen, komunikasi politik adalah segala komunikasi yang terjadi dalam suatu sistim politik dan antara sistim tersebut dengan lingkungannya. Lain lagi dengan Muller yang merumuskan komunikasi politik sebagai hasil yang bersifat politik (political outcomes), dari kelas sosial, pola bahasa, dan  sosialisasi. Gallnor menyebutkan bahwa komunikasi politik merupakan infra-struktur politik, yaitu kombinasi dari berbagai interaksi social di mana informasi  yang berkaitan dengan usaha bersama dan hubungan kekuasaan masuk ke dalam peredaran (Nasution, 1990: 24).

Rumusan Gallnor menempatkan komunikasi sebagai suatu fungsi politik   bersama-sama dengan fungsi artikulasi, agregasi, sosialisasi, dan rekrutmen  dalam sistim politik. Menurut Almond mengatakan bahwa komunikasi politik adalah salah satu fungsi yang harus ada dalam setiap sistim politik sehingga terbuka kemungkinan bagi para ilmuwan untuk memperbandingkan berbagai sistim politik  dengan  berbagai  latar  belakang  budaya  yang  berbeda.  Bagi  Almond, semua sistim politik yang pernah, sedang dan akan ada mempunyai persamaan mendasar yaitu adanya kesamaan fungsi yang dijalankannya (Nasution, 1990:25).

Pemikiran dari Fagen (dalam Hasrullah, 2001:26) menggambarkan relevansi bidang kajian ilmu politik dan komunikasi. Hal tersebut terlihat dari gambaran analisis yang disajikan, membicarakan peristiwa-peristiwa politik yang berdimensi komunikasi. Kemudian rujukan yang dipergunakan dalam melihat komunikasi dan politik masih memakai kerangka dasar (framework) dari Harold  D. Lasswell (1948), yaitu: who says what, in which channel, to whom, whit what effect.

Formulasi  klasik  dari  Lasswell  ini,  secara  langsung  melihat bahwa problem-problem komunikasi politik dapat dianalisis dengan menggunakan kerangka dasar ini. Pendekatan yang dilakukannya tentunya dilihat secara mekanistis, apakah itu konsep pengaruh atau kekuasaan. Menurut pandangan tersebut disiplin ilmu yang digunakan  dalam  komunikasi politik sangat multi disipliner sifatnya, sehingga dalam pengkajian yang dinamis tentunya membutuhkan paradigma yang luas dari berbagai disiplin ilmu.

Menurut Rush dan Althoff  (1997:24), komunikasi politik memainkan peranan yang amat penting di dalam suatu sistim politik. Komunikasi politik merupakan elemen dinamis, dan menjadi bagian yang menentukan dari proses- proses sosialisasi politik, partisipasi politik, dan rekrutmen politik. Sedangkan dalam konteks sosialisasi politik, Graber (1984;137-138) memandang komunikasi politik ini sebagai proses pembelajaran, penerimaan, dan persetujuan atas kebiasaan-kebiasaan (customs) atau aturan-aturan (rules), struktur dan faktor- faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kehidupan politik. 

Komunikasi politik harus dilakukan dengan intensif dan persuasif agar komunikasi dapat berhasil dan efektif. Adapun faktor yang mempengaruhi keberhasilan dari komunikasi politik yaitu; status komunikator, kredibilitas komunikator, dan daya pikat komunikator. Carl Hoveland, seorang ahli komunikasi mengatakan bahwa terbentuknya sikap suatu proses komunikasi selalu berhubungan dengan penyampaian stimuli yang biasanya dalam bentuk lisan oleh komunikator kepada komunikan guna mengubah perilaku orang lain (Nimmo, 2005;125). 

Atas dasar itulah, maka era digital dan media sosial saat ini sangat membuka peluang besar bagi tokoh politik untuk berkomunikasi langsung dengan masyarakat. Meski demikian, media sosial juga membawa risiko, seperti penyebaran berita palsu dan serangan terhadap tokoh politik.

Pemilihan Presiden 2024 di Indonesia bukan hanya pertempuran politik biasa, melainkan arena di mana kreativitas dan inovasi dalam kampanye menjadi penentu utama. Artikel ini membahas dengan mendalam keunggulan strategi dan taktik kampanye politik pasangan calon nomor urut 2, Prabowo Subianto dab Gibran Rakabuming Raka, yang mampu mengungguli pesaingnya melalui penguasaan media sosial yang luar biasa. Dengan fokus pada platform-platform seperti Facebook, Instagram, dan Youtube, X dan TikTok, pasangan ini tidak hanya mengandalkan media konvensional tetapi menciptakan konten kreatif yang menggetarkan ranah digital. Artikel ini akan membongkar perbandingan strategi dengan pasangan pesaing, Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dan Ganjar Pranowo-Mahfud Md, untuk merinci kelemahan mereka dalam menjangkau kelompok pemilih yang lebih luas.

PEMBAHASAN

Strategi komunikasi melalui media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dalam meraih dukungan publik. Salah satu tokoh yang memahami pentingnya hal ini adalah Prabowo Subianto, yang tengah mempersiapkan diri untuk Pemilihan Presiden 2024.

Dalam dunia politik yang semakin terkoneksi secara digital, strategi komunikasi politik yang dijalankan oleh Prabowo Subianto di media sosial mendapatkan hasil yang maksimal dalam memperbaiki citranya yang terdahulu melalui berbagai platform digital. Meskipun sempat diwacanakan memiliki track record yang kurang memuaskan, namun Prabowo mampu menarik perhatian, khususnya dari kalangan anak muda melalui aktivitasnya di platform Facebook, Instagram, dan Youtube, X dan TikTok. Dukungan yang diperolehnya dari kalangan ini menjadi momentum penting dalam meraih simpati dan kepercayaan di tengah persaingan politik dalam Pemilu maupun Pilpres 2024.

Faktualiasi dari kenyataan yang tampak di ruang platform media sosial,  bagaimana Prabowo Subianto memanfaatkan media sosial sebagai alat strategis dalam meraih dukungan dan menciptakan citra yang diinginkan di mata publik menjelang Pemilihan Presiden 2024.

Sosok Prabowo Subianto: Dari Militer ke Politik

Prabowo Subianto, seorang tokoh yang dikenal dengan latar belakang militer yang kuat, telah menorehkan jejak karier yang mencakup beragam sektor. Perjalanan politiknya tidak selalu mulus, dengan beberapa kekalahan dalam pemilihan presiden sebelumnya. Namun, sejak diangkat sebagai Menteri Pertahanan oleh Presiden Joko Widodo, Prabowo telah mengalami perubahan citra yang signifikan, mendapatkan apresiasi yang luas dari masyarakat Indonesia.

Dikenal sebagai mantan Jenderal Kopassus yang berpengalaman, Prabowo telah membawa keberanian dan ketegasan dalam berbagai bidang yang pernah dijalaninya, dari militer hingga bisnis. Meskipun demikian, perjalanan politiknya tidak selalu lancar, dengan dua kali menjadi calon presiden namun mengalami kekalahan.

Namun, ketika Prabowo dipercaya untuk menjabat sebagai Menteri Pertahanan oleh Presiden Joko Widodo pada tahun 2019, banyak yang merasa skeptis. Namun, seiring berjalannya waktu, keikhlasan dan dedikasi Prabowo dalam menjalankan tugasnya telah menarik perhatian positif dari berbagai kalangan masyarakat.

Keputusan-keputusan yang diambilnya sebagai Menteri Pertahanan, termasuk dalam menghadapi tantangan-tantangan keamanan nasional dan dalam meningkatkan profesionalisme TNI, telah dianggap sebagai langkah-langkah yang tepat dan bijaksana.

Menerima peran tersebut juga menunjukkan bahwa Prabowo memiliki semangat untuk bekerja demi kepentingan bangsa, di atas kepentingan politik pribadi. Citranya yang semakin membaik menandakan perjalanan politiknya yang berliku telah memberinya kesempatan untuk meraih pengakuan dan kepercayaan dari masyarakat Indonesia.

Perjalanan Prabowo Subianto dari latar belakang militer yang kuat hingga diakui dalam politik menunjukkan bahwa integritas dan dedikasi dapat mengubah pandangan masyarakat, serta menunjukkan bahwa setiap langkah dalam politik memunculkan peluang baru untuk meraih dukungan dan pengakuan yang lebih luas.

Transformasi Gaya Komunikasi Politik Prabowo: Dari Militer ke Inklusif dan Terbuka

Gaya komunikasi politik Prabowo Subianto telah mengalami transisi yang signifikan dari sikap yang sulit diakses menjadi lebih terbuka dan inklusif. Pada Pemilihan Presiden 2024, Prabowo telah berhasil mengubah citra militer yang kental menjadi politisi sipil yang lebih menerima dan mengakomodasi beragam kalangan, termasuk generasi milenial dan Z.

Salah satu langkah krusial dalam transformasi ini adalah keikutsertaan Prabowo dalam berbagai acara yang ditujukan khusus untuk generasi muda. Dengan tampil dalam forum-forum yang digelar oleh kalangan generasi milenial dan Z, Prabowo berhasil membangun citra dirinya sebagai pemimpin yang peduli dan mendengarkan aspirasi pemuda.

Selain itu, partisipasi aktif Prabowo dalam media sosial juga menjadi bukti nyata dari usahanya untuk mendekatkan diri dengan pemilih pemula. Dengan hadir di platform-platform seperti Instagram, Twitter, dan YouTube, Prabowo dapat secara langsung berinteraksi dengan pemilih muda, mengajukan visi dan program-programnya, serta menjawab pertanyaan dan masukan dari mereka.

Langkah-langkah ini tidak hanya mencerminkan adaptasi Prabowo terhadap dinamika politik yang semakin digital, tetapi juga menandakan kesadaran politiknya akan pentingnya memperluas basis dukungan di antara kalangan yang beragam, termasuk generasi muda yang memiliki peran penting dalam proses demokrasi.

Transformasi gaya komunikasi politik Prabowo dari militer ke lebih inklusif dan terbuka memperlihatkan upaya yang sungguh-sungguh untuk meraih dukungan dari berbagai segmen masyarakat, serta membuktikan kesediaannya untuk beradaptasi dengan perubahan zaman dan tuntutan politik yang semakin kompleks.

Fenomena Tagar #AllinPrabowo: Loyalitas dan Kekuatan Media Sosial dalam Politik

Di era digital ini, media sosial telah menjadi salah satu alat utama dalam kampanye politik. Salah satu contohnya adalah fenomena tagar #AllinPrabowo yang sedang tren di platform-platform media sosial. Tagar ini mencerminkan loyalitas yang kuat dari pendukung Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming, serta mengilustrasikan kekuatan yang dimiliki oleh tim Prabowo-Gibran dalam memanfaatkan media sosial.

Setiap kali melakukan postingan, baik itu berupa foto, video, gif, atau konten lainnya, pendukung Prabowo-Gibran menggunakan tagar #AllinPrabowo. Hal ini tidak hanya menjadi wadah untuk mengekspresikan dukungan, tetapi juga sebagai sarana untuk memperkuat solidaritas di antara sesama pendukung.

Fenomena ini menandakan betapa masifnya pemanfaatan media sosial dalam ranah politik, yang tidak hanya terbatas pada kandidat tertentu, tetapi juga menyentuh seluruh kalangan masyarakat. Dengan demikian, tim Prabowo-Gibran berhasil menciptakan narasi yang kuat dan mendominasi ruang digital dengan tagar #AllinPrabowo.

Namun, di balik kepopuleran tagar tersebut, juga terdapat tantangan dan risiko. Penggunaan media sosial dalam politik sering kali memicu polarisasi dan disinformasi, serta memperdalam kesenjangan di antara kelompok-kelompok masyarakat. Oleh karena itu, perlu adanya kesadaran akan etika dan kehati-hatian dalam memanfaatkan media sosial sebagai alat politik. Untuk itu, fenomena tagar #AllinPrabowo tidak hanya mencerminkan loyalitas dan kekuatan media sosial dalam politik, tetapi juga mengajukan pertanyaan tentang dampak dan tanggung jawab yang melekat pada penggunaan media sosial dalam proses politik modern.

Keunggulan Kampanye Politik Prabowo-Gibran di Pilpres 2024: Membongkar Kreativitas yang Menguasai Media Sosial

Tahun 2024 menandai era baru dalam perang politik Indonesia, dengan munculnya pasangan calon Prabowo-Gibran yang tidak hanya berhasil mengimplementasikan strategi kampanye yang efektif, tetapi juga merancang inovasi yang menggetarkan. Konten kreatif mereka bukan hanya sekadar isu hangat di kalangan pemilih, melainkan sukses menciptakan magnetisme yang tak terelakkan. Sementara itu, pasangan Anies-Muhaimin mencoba mengandalkan gagasan intelektual, namun kesan terbatas dan ketidakmampuan bersaing dalam ranah media sosial yang didominasi oleh visual menjadi hambatan utama. Sementara itu, pasangan Ganjar-Mahfud memilih menekankan aspek hukum dan basis partai tanpa menyentuh pemilih lebih luas.

Dominasi Media Sosial: Pasangan Prabowo-Gibran berhasil merajai media sosial dengan konten kreatif yang mencengangkan. YouTube, Instagram, Facebook, dan TikTok bukan hanya menjadi wadah untuk menyampaikan pesan kampanye, tetapi menjadi panggung utama di mana interaksi positif dengan pemilih potensial terbangun. Melalui kampanye yang fokus pada pemanfaatan platform digital, mereka berhasil menciptakan ikatan yang erat dengan masyarakat digital.

Keterbatasan Gagasan Intelektual: Strategi Anies-Muhaimin, yang lebih menitikberatkan pada gagasan intelektual, ternyata kurang mendapat perhatian luas. Meskipun kontennya kaya akan gagasan berkualitas, namun tidak mampu bersaing dengan daya tarik visual dan inovatif yang ditawarkan oleh Prabowo-Gibran. Ini menimbulkan pertanyaan tentang efektivitas mereka dalam menjangkau pemilih dari berbagai lapisan masyarakat.

Fokus pada Aspek Hukum dan Basis Partai: Ganjar-Mahfud memilih strategi yang menyoroti aspek hukum dan mengandalkan basis partai. Meskipun memiliki dukungan kuat dari partai politik dan jejaringnya, strategi ini terbatas pada kelompok yang sudah memiliki afiliasi politik. Di sisi lain, Prabowo-Gibran berhasil menyentuh pemilih dari berbagai lapisan masyarakat dengan menekankan kekreatifan dan solusi konkrit untuk masalah-masalah aktual.

Tingkat Partisipasi Pemilih: Dengan metode kampanye yang atraktif dan inovatif, diperkirakan tingkat partisipasi pemilih pada Pilpres 2024 akan meningkat. Realitas ini menunjukkan bahwa strategi Prabowo-Gibran berhasil menciptakan antusiasme dan minat pemilih. Kemampuan mereka dalam menciptakan narasi yang terhubung erat dengan kehidupan sehari-hari pemilih menjadi kunci keberhasilan mereka dalam meningkatkan partisipasi pemilih.

Analisis mendalam terhadap strategi dan taktik kampanye politik Prabowo-Gibran mengungkap dominasi mereka dalam penguasaan media sosial dan kreativitas konten. Kelemahan pesaing mereka, baik dari segi gagasan intelektual maupun fokus pada aspek hukum, membuka peluang besar bagi pasangan ini untuk meraih dukungan yang lebih luas. Tingkat partisipasi pemilih yang diperkirakan meningkat menjadi indikator keberhasilan strategi kampanye mereka. Meskipun demikian, tantangan terkait isu kecurangan tetap menjadi catatan penting yang harus diatasi melalui mekanisme yang berlaku, untuk memastikan penyelenggaraan Pemilu yang berintegritas dan memberikan legitimasi pada pemenang yang terpilih. Sehingga, dapat kita saksikan bagaimana keunggulan strategi dan taktik kampanye Prabowo-Gibran membentuk arah politik Indonesia di masa depan.

SIMPULAN

Dengan demikian, berdasarkan hasil analisis tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa; Pertama; komunikasi politik Prabowo Subianto di media sosial menggambarkan upaya yang signifikan untuk memperbaiki citra dan meningkatkan dukungan menjelang Pemilihan Presiden 2024. Meskipun Prabowo berhasil menciptakan narasi positif melalui berbagai kegiatan, seperti partisipasinya di acara-acara generasi muda dan kampanye media sosial, tantangan masih terlihat.

Kedua; Meningkatnya dukungan yang aktif di media sosial menunjukkan bahwa Prabowo tetap menjaga dan meningkatkan mobilitas relawan dan memperkuat basis pendukungnya. Prabowo perlu memastikan bahwa pesan-pesannya di media sosial mencerminkan kebijakan yang jelas dan tanggap terhadap isu-isu terkini.

Ketiga; Pentingnya melibatkan kaum milenial dan Z sebagai pemilih potensial juga menjadi aspek kritis dalam strategi komunikasi politik Prabowo. Dengan memahami nilai-nilai dan aspirasi generasi ini, Prabowo dapat memperkuat dukungan dari segmen pemilih yang kunci. Integrasi program-program yang relevan dengan kebutuhan mereka dapat menjadi kunci sukses dalam meraih dukungan.

REKOMENDASI

Berdasarkan hasil analisis, beberapa rekomendasi diberikan untuk memperkuat komunikasi politik Prabowo Subianto di media sosial: Pertama; Meningkatkan Keterlibatan Relawan: Prabowo perlu meningkatkan mobilitas relawan dan memastikan kehadiran yang aktif di berbagai platform media sosial. Kedua; Menyusun Pesan yang Konsisten: Prabowo harus memastikan bahwa pesan-pesan yang disampaikan di media sosial mencerminkan kebijakan yang jelas dan tanggap terhadap isu-isu terkini. Ketiga; Menggandeng Media Sosial Resmi: Penggunaan akun resmi Partai Gerindra dan Kementerian Pertahanan RI dapat terus ditingkatkan untuk mendukung citra Prabowo. Keempat; Fokus pada Generasi Milenial dan Z: Melibatkan generasi milenial dan Z dalam kegiatan politik dapat meningkatkan dukungan. Prabowo perlu memahami nilai-nilai dan aspirasi generasi ini untuk menciptakan program-program yang relevan. Dengan menerapkan rekomendasi ini, diharapkan Prabowo Subianto dapat mengoptimalkan komunikasi politiknya di media sosial dan memperkuat posisinya menjelang Pemilihan Presiden 2024.

DAFTAR PUSTAKA

Almond, Gabriel A & G Bingham Powell. 1966. Comparative Politics, A Development Approach. Boston: Litle Brown.

Graber, Doris A. 1984. Media Power in Politics. CQ Press

Nasution, Zulkarimen, 1990. Komunikasi Politik: Suatu Pengantar. Jakarta: Ghalia Indonesia

Nimmo, Dan. 2005. Komunikasi Politik : Komunikator, Pesan dan Media. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Pawito, 2009. Komunikasi politik media massa dan kampanye pilihan. Yogyakarta & Bandung: Jalasutra.

Rush, Michael & Phillip Althoff. 2002. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.